Jumat, 17 Januari 2014

BAB I
PENDAHULUAN


Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti basic humanities yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.
Kebudayaan atau sering dikatakan suku di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis sesuai dengan daerah yang ditempati. Mulai dari sabang sampai merauke memiliki suku atau kebudayaan masing-masing. Misalnya di Sumatera Barat terkenal dengan suku minang, Kalimantan barat yaitu suku dayak, suku bugis di Sulawesi Selatan, suku sunda di Jawa Barat, suku batak di Sumatera Utara dan llain sebagainya.
Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai salah satu suku di Indonesia yaitu suku batak. Suku batak merupakan sebuah nama kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai batak adalah Batak toba,  Batak Karo,  Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
            Suku bangsa batak di atas memiliki adat, kebiasaan agama ataupun hal lainnya yang tidak sama. Sejarah, identitas, agama, kekerabatan, sistem kemasyarakatan dan lain-lain mengenai suku batak akan dibahas lebih mendetail. Memaparkan pula perbedaan jenis suku batak ditinjau dari berbagai sisi.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah

Batak merupakan satu istilah yang digunakan untuk kumpulan suku yang terdapat di daratan tertinggi di Sumatera Utara, Suku Batak berasal dari keturunan Raja Batak
Suku batak termasuk suku bangsa melayu tua yang berasal dari indocina atau hindia belakang, nenek moyang orang batak berasal dari utara berpindah ke Filipina dan berpindah lagi ke Sulewesi Selatan, berlayar hingga akhirnya menetap di pelabuhan barus, kemudian bergeser ke pedalaman dan menetap dikaki gunung pusuk buhit, di tepi pulau samosir, tempat asal usul peradaban suku batak.
Keturunan suku batak berasal dari hindia muka (india), pindah ke burma, kemudian ke tanah genting Kera di Utara Malaysia. Berlayar sampai ke tanjung balai batubara dan di pangkalan brandan atau kuala simpang di aceh dari sana naik ke pedalaman danau toba
Suku batak termasuk dalam rumpun proto-melayu yang berasal dari Asia selatan yakni dari burmayang berlayar sampai malaysia, menyeberang dan menghuni daerah sekitar danau toba.
B.     Jenis Suku Batak
Suku bangsa batak yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara.
Jenis-jenis suku batak :
1)      Batak toba
2)      Batak karo
3)      Batak pakpak
4)      Batak simalungun
5)      Batak angkola
6)      Batak mandailing

C.    Identitas Suku Budaya Batak
1.      Suku Batak Toba

Wilayah-wilayah Suku Batak Toba meliputi balige porsea, parsoburan, laguboti, ajibata, ulunan, borbor, lumban, julu, dan sekitar. Sitorus, sirait, butar-butar manurung merupakan beberapa marga dari Suku Batak toba. Suku Batak Toba ialah marga-marga pada Suku Bangsa Batak yang berkampung halaman (marbona pasogit) di daerah Toba. Sonak Malela yang mempunyai 3 (tiga) orang putera dan menurunkan 4marga, yaitu: Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede, merupakan salah satu cotoh marga pada suku bangsa Batak Toba.

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo.banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.
a.      Kebudayan
Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner.Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional.Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global.Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.
b.      Musik
DSCF1091.JPG
Toba Kuno di jaman dinasti Tuan Sorimangaraja (Pahompu-nya Si Raja Batak) Berawal dari musik Raja-raja.Bukan musik untuk Raja, tetapi musik yang dimainkan oleh Raja. Musik Batak awalnya diciptakan untuk upacara ritual yang dipimpin pada Datu (dukun) pada masa itu untuk penghormatan leluhur, minta panen yang sukses kepada Mula Jadi Nabolon.
Batak untuk ritual ini adalah yang disebut Gondang Sabangunan yang terdiri dari 5 Ogung, 5 Gondang, Sarune Bolon lubang 5. Namun para Rakyat juga ingin main musik, maka berkembanglah musik batak ini di kalangan rakyat dengan format Taganing, Garantung, Hasapi, Seruling dan Sarune Etek. Dengan alat-alat musik inilah tercipta banyak sekali lagu rakyat yang bernuansa pentatonis (Do Re Mi Fa Sol, kadang2 ada juga La) dan susunan nada (licks)-nya sangat khas tidak didapati di musik suku lain.


c.       Tarian
Seni tari tradisional meliputi berbagai jenis.Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan.tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu.Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat.Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
d.      Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami.Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.


e.       Bahasa Batak Toba
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli utara, dan Toba samosir, sumatera Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak.
Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih 2.000.000 orang penutur Bahasa Batak Toba, yang tinggal di bagian barat dan selatan Danau Toba.Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah menggunakan aksara Batak, namun saat ini para penuturnya hampir selalu menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya.

2.      Ulos Pada Suku Batak
Ulos adalah sebuah kain tenun hasil karya suku Batak yang berbentuk selendang.Ulos dikenal oleh suku Batak sejak abad ke-14, seiring masuknya alat tenun tangan dari India.Umumnya, panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm. Ulos melambangkan cinta kasih seseorang terhadap sesama.Awalnya ulos berfunsi untuk menghangtkan badan (sebagai selimut atau sebagai selendang untuk menutupi tubuh dari udara dingin),suku Batak, ada tiga unsur dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan panas.Darah dan nafas adalah pemberian dari Tuhan, sedangkan panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk menghangatkan udara dingin dipemukiman suku Batak, apalagi pada saat malam hari. Menurut suku Batak, ada tiga sumber yang dapat memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Ulos memiliki fungsi memberi panas yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh pengguna ulos tersebut.
            Cara memakai ulos bermacam-macam tergantung pada situasinya.ada orang yang memaki ulos dibahunya seperti memakai selendang, ada yang memakainya sebagai kain sarung, ada yang melilitkannya dikepala dan ada pula yang mengikatnya secara ketat dipinggang. Arti dan fungsi kain khas suku Batak ini sejak dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan, kecuali berbeda variasi yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya.Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang komunikasi dan solidaritas.
Jenis-jenis Ulos :
1)      Ulos Ragidup
2)      Ulos Ragihotang
3)      Ulos Sibolang Rasta
4)      Ulos abit godang
5)      Ulos mangiring
6)      Ulos lobu-lobu
7)      Ulos Runjat
8)      Ulos Ragi Pakko
Jenis_ulos.jpg (290×174)
3.      Kekerabatan suku Batak
      Kekerabatan pada suku batak mempunyai 2 jenis yaitu: kekerabatan pada garis keturunan dan sosiologis. dan intinnya semua suku batak memiliki marga,
Dalam tradisi masyarakat batak, yang menjadi pengikat adalah marga (sedarah),Suku bangsa batak terbagi menjadi 6 puak:
ü  Batak Toba
ü  Batak Karo
ü  Batak pak pak
ü  Batak simalungun
ü  Batak angkola
ü  Batak mandailing
Semuanya memiliki cirri khas masing masing yang dapat membedakan jenis puak tersebut.

            Kelompok kekerabatan ditentukan dari garis keturunan laki-laki, penerus untuk harta warisan yang akan meneruskan garis keturunan,(leluhur marga),yang diketahui ada 416 jenis marga termasuk didalamnya suku Nias.Ini dapat diketahui dari TAROMBO,dari keturunan mana dia berasal yang asal usulnya yang berakhir pada Si Raja batak(anak perempuan dari keturunan Debata Mulajadi Nabolon/Tuhan pencipta bumi dan isinya)

Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.
4.      Tarian Tor-tor
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak.Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh.Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur).Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku.Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor beragam.Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan).Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar.Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan).Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja.
Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual.Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah.Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut.Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia.Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.
5.      Alat musik tradisional suku batak karo
Alat musik suku Batak Karo atau disebut dengan Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.
Jika diklasifikasi berdasarkan ensambel musik, sebenarnya gendang Karo terdiri dari gendang lima sedalanen dan gendang telu sedalanen. Gendang telu sedalanen adalah terdiri dari tiga instrumen musik yang dimainkan secara bersamaan, yang terdiri dari kulcapi (long neck lute) sebagai pembawa melodi, keteng-keteng (idiokordofon, tube-zhyter) sebagai pembawa ritmis, dan mangkuk mbentar (idiofon) sebagai pembawa tempo.
Sierjabaten begitulah sebutan Orang Karo kepada pemain musik tradisional-nya, dimana mereka (Sierjabaten atau penggual) berfungsi sebagai pengiring musik upacara adat Suku Karo, baik itu pernikahan, pesta panen, kemalangan atau lainnya. Jadi dari hal tersebut maka sebenarnya profesi ini bisa dibilang sudah cukup lama sekali ada dalam perkembangan dan perjalanan hidup Suku Karo. Mengenai kepastian mulai kapan julukan atau penamaan ini mulai dikenal dan di populerkan saya kurang tau pasti , yang jelas profesi ini berkaitan sekali dengan kesenian tradisional Suku Karo. Jadi menurut saya mereka mulai dikenal ketika masyarakat Karo menyadari kebutuhan akan hiburan dalan setiap acara adat mereka.
Pada kenyataanya peran serta mereka sangatlah vital dalam setiap acara pesta adat, sebab tanpa mereka sebuah acara adat tidak lengkap dan sempurna, mereka adalah sekumpulan penghibur juga bisa dibilang irama, nyawa dan tolak ukur kemeriahan sebuah acara adat. Semakin hebat keahlian mereka dalam bermain musik maka makin tinggi pula pamor mereka (Sierjabaten) dimata masayarakat Karo.
Sierjabaten (Pemusik) memiliki keahlian dalam bemain berbagai macam alat musik tradisoanal suku Batak Karo yang terdiri atas Sarune, Gendang Singanaki, Gendang singindungi, Gendang penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik mempunyai nama masing masing sesuai dengan alat musik yang mereka mainkan, pemain sarune disebut panarune, pemain gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggua, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung, serta pemain mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan mengenai setiap alat musik Tradisonal Karo :
a.       Sarune.
a)      Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi kedua sudut daun tersebut,
b)      Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune. Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain pada lobang sarune,
c)       Ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang (hewan), tempurung, atau perak,
d)     Batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada. Tujuh di sisi atas dan satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.
e)       Gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9.
b.      Gendang
Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk). Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan fungsi estetis akustiknya. Bagian-bagian gendang itu adalah:
a)      Tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir penampang endang. Bingkainya terbuat dari bambu.
b)      Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu nangka(Artocarpus integra sp).
c)      Gendang anak, berdiameter dibagian atas adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. Sedangkan ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari kayu jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya. Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm.
d)     Gendang indung, berdiameter dibagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.
c.       Gung dan Penganak
Gung dan penganak berfungsi sebagai pengatur ritme musik tradisional Karo. Gung ini diklasifikasikan ke dalam kategori idiofon yang terbuat dari logam yang cara memainkannya digantung.
Gung terbuat dari tembaga, berbentuk bundar mempunyai pencu. Gung dalam musik tradisional Karo terbagi dua yaitu gung penganak dangung. Salah satu contoh ukuran gung penganak diameternya 15,6 cm dengan pencu 4 cm dan ketebalan sisi lingkarannya 2,8 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapis dengan karet. Gung mempunyai diameter 65 cm dengan pencu berdiameter 15 cm dan tebal sisi lingkarannya 10 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi karet.

6.      Upacara adat
            Kehidupan masyarakat batak adalah kehidupan yang sangat menjujunjung tinggi aatnya.Bahkan sebelum lahir ke dunia pun sudah melakoni adat sampai seorang Batak tersebut meninggal dan menjadi tulang belulang masih ada serangkian adat, bukan rumit tapi adt batak menunjukkan bahwa DALIHAN NATOLU yang didalamnya adalah somba marhula - hula, Elek marboru,Manat mardongan tubu dan selalu terlihat pada saat perayaan serta syukuran dan adat yang digunakan sebagai penanda didalamnya. Beberapa macam Adat Batak Toba :
a.       Upacara Adat Mangirdak atau mangganje/mambosuri boru (adat tujuh bulanan)
b.      Upacara Adat Mangharoan
c.       Upacara adat mangharoan adalah upacara  adat yang  dilaksanakan setelah  dua minggu  kelahiran bayi  untuk menyambut  kedatangan  bayi tersebut  dalam keluarga tersebut.
d.      Upacara Adat Martutu aek
e.       Adat pemberian nama kepada bayi , namun pada saat ini sudah jarng dilakukan kepada bayi karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama .
f.       Upacara Adat Marhajabuan
g.       Upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba, Marhajabuan (berumag tangga). Jenis-jenis upacara pernikahan adat batak :
1)      PATIUR BABA NI MUAL (Permisi dan mohon doa  restu tulang)
2)      MARHORI HORI DINGDING (Perkenalan keluarga secara tertutup)
3)      MARHUSIP (Perundingan diam diam  & Patua dan Hata  (Melamar secara resmi
4)      MARTOMPUL
5)      MARTONGGO RAJA DAN MARIA RAJA (Pesta pertunangan
h.      Upacara Adat Manulangi
      Upacar adat yang diberikan kepada orang tua yang lanjut usianya dengan menyuapi/menyulangkan makanan kesukaan  oleh anak dan cucunya.
i.        Upacara adat Hamatean
      Ketika seseorang  batak meninggal  disesuaikan dengan adat  batak toba  apakah adat yang akan dibuat jika seseorang meninggal  sebagai sari matua , saur matua,  maulibulung.
j.        Upacara adat mangongkal holi
      Upacara adat penggalian tulang belulang orang tua yang telah meninggal untuk dimasukkan  kedalam tugu ( monument yang lebih bagus dari sebelumnya unuk menghormati  orang yang sudah meninggal )

7.      Masakan Suku batak
            Masakan adat Batak  jenis masakan yang dipengaruhi seni suku batak, dan termasuk masakan Nusantara. Yang paling sering digunakan dalam memasak sebuah pesta adalah andaliman (merica batak).Bahkan di tradisi orang batak banyak menggunakan Babi ataupun daging Anjing, yang dimasak sesuai selera masing masing . dan juga menggunakan makanan yang berasal dari danau, sepert ikan ikanan yaitu hasil pancingan para nelayan, mereka memasaknya biasanya disebut (napinadar,dipanggang,atau ikan arsik).
Jenis makanan Batak yang dapat dijumpai dan dikenal oleh masyarakat umumnya adalah:
a.       Saksang
b.      Arsik
c.       Panggang
d.      Ayam tasak telu
e.       Manuk Napinadar
f.       Tangotanggo
g.      Dengke Mas naniura
h.      Natinombur
i.        Mie Gomak
j.        Na nidugu
k.      Dali ni horbo
l.        Sambal tuktuk
m.    Pagitpagit
n.      Itak gurgur
o.      Kue lampet
p.      Kue Ombus ombus
q.      Kue Pohul pohul
r.        Kacang sihobuk
8.      Rumah adat Suku Batak
a.       Rumah adat Suku Batak Toba

http://3.bp.blogspot.com/-qF2T6MpmhEk/UZNouhTVdAI/AAAAAAAADRE/CFsHWZ0CVzU/s400/rumah_bolon.JPG






            Rumah adat batak toba disebut juga RUMAH BOLON , yang berbentuk panggung dengan bahan utama dari kayu,dengan cirri khas atapnya yang melengkung  dan runcing ditiap ujungnya.
            Rumah adalah hal yang terpenting, dibuat dengan formasi berbentuk segi empat, dipadu tiang dan dinding yang kuat. Makna dari pondasi ini sendiri adalah saling kerja sama demi memikul yang  berat.
1)      Gorga adalah pahatan/ukiran kayu yang ada pada rumah adat suku Batak. Hiasan ini sendiri memiliki nama-nama tersendiri berdasarkan bentuk ukirannya :
Gorga simataniari (matahari) : menggambarkan matahari yang merupakan sumber kehidupan manusia.
2)      Gorga desa naualu : menggambarkan 8 penjuru mata angin yang sangat berkaitan erat dengan aktivitas ritual suku Batak
3)      Gorga singa-singa : menggambarkan tuan rumah sebagai orang yang kuat, kokoh, pemberani dan berwibaw

Gorga dituliskan dengan 3 warna:
ü  Merah : Melambangkan kecerdasan  dan wawasan  yang luas
ü  Putih: melambangkan kejujuran  yang tulus  sehingga lahir kesucian
ü  Hitam : melahirkan kewibawaan yang bersifat pemimpin.
http://2.bp.blogspot.com/-SIxELyxBtI8/UZNkAHPHiOI/AAAAAAAADQk/GzjrovGl7B0/s400/rumah_gorga.jpg

b.      Rumah Adat Batak Karo


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimK9X0iyZ5NVV7IH6LCyANygl9iZwkrzhkD1n1uuPwgZCFVNvq3ruHF_k4unIoiKuj0EK8dGqCrJrK492i3si-wbpY8T4IWwhqNBnR-nwegFdFRXbDrkxgS8aBbbA53knYbUMrDFJxDZdC/s320/Rumah_adat_karo.jpg

            Gambar rumah adat Batak di atas adalah gambar rumah adat Batak Toba (gambar pertama) dan gambar rumah adat Batak Karo. Rumah adat tersebut telah disempurnakan oleh nenek moyang suku Batak selama berabad-abad hingga mencapai bentuk yang ada sekarang. Penyempurnaan bentuk tersebut tentunya disesuaikan dengan kondisi alam sekitar dan mungkin juga kepercayaan setempat.


9.      Aneka Legenda Suku Batak
a.       LAGENDA DANAU TOBA
b.      PATUNG SIGALE GALE
\"Batak\"

            Patung sigale gale ini dibuat oleh seorang raja, dan ditempkan di sebuah pondok kecil yang berada dihutn pada zaman dahulu, tetapi sekarang ada di kabupaten samosir daerah simanindo.
Patung ini sering dipertunjukkan untuk mengetahui seluk beluknya berikut dengan keunikan patung sigale gale tersebut.
ü  TONGKAT TUNGGAL PANALUNGAN
      Tongkat tunggal panalungan di adat batak itu sangat sakral, karena merupakan tongkat ke besaran, dan biasabta tongkat tunggal panaluan ini diguanakan oleh para penetua adat batak, seperti penyambutan
D.    Sejarah Perkembangan Agama Suku Batak
1.      Agama Parmalim
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda mati.
Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.
Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah “Debata”, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut “Ompu Na Bolon” (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk menekankan bahwa “Ompu Nabolon” ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi “Mula Jadi Nabolon” atau “Tuan Mula Jadi Nabolon”.
Mereka beribadah setiap hari sabtu dan memiliki dua hari peringatan besar setiap tahunnya yaitu Sipaha Sada dan Sipaha Lima. Sipaha Sada ini dilakukan saat masuk tahun baru Batak yang dimulai setiap bulan Maret. Dan Sipaha Lima yang dilakukan saat bulan Purnama yang dilakukan antara bulan juni-juli.
Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah biasanya mengunakan sorban seperti layaknya orang muslim, sarung dan Ulos (selendang batak). Sementara yang wanitanya bersarung dan mengonde rambut mereka. Semua acara Parmalin dipimpin langsung oleh Raja Marnokkok Naipospos. Kakek Raja Marnokkok adalah Raja Mulia Naipospos yang menjadi pembantu utama Sisingamangaraja XI. Kini penganut Parmalin ini mencapai 7000 orang termasuk yang bukan orang batak. Mereka tersebar di 39 tempat di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh Darussalam.
Kitab-Kitab Dalam Agama Parmalim
a.       Kitab Batara Guru,Kitab ini berisi seluruh rahasia Allah tentang terjadinya bumi dan manusia beserta kodrat kehidupan dan kebijakan manusia.
b.      Kitab Debata Sorisohaliapan, Kitab ini berisi tatanan hidup manusia.
c.       Kitab Mangala Bulan, Kitab Mangala Bulan menerangkan tentang cerminan kekuatan Allah.
d.      Debata Asi-Asi, Kitab ini menerangkan tentang inti dari Kitab Batara Guru, Debata Sorisohaliapan, Mangala Bulan (Debata Natolu) dan induk dari segala kitab.
e.       Kitab Boru Debata, Kitab ini berisikan tentang kehidupan wanita hingga memperoleh anak.
f.       Kitab Pengobatan, Kitab ini menerangkan tentang bagaimana manusia agar selalu sehat, bagi orang sakit menjadi sembuh, bagaimana agar dekat dengan Tuhan dan bagaimana cara melaksanakan budaya ritual agar manusia itu sehat.
g.      Falsafah Batak, Kitab ini berisi tentang adat istiadat, budaya, hukum, aksara seni tari, seni musik terutama bidang pemerintahan kerajaan sosial ekonomi.
h.      Kitab Pane Nabolon, Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya.
i.        Kitab Raja Uhum Manisia, Kitab ini adalah kitab yang berisi penghakiman.


2.      Agama Islam
Perang Paderi Sumatera Barat berawal dari pertentangan antara kaum adat dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu. Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang bereskalasi kepada konflik bersenjata. Karena tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira. Maka pecahlah Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai 1833. Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 – 1820 dan kemudian mengIslamkan Tanah Batak selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam.
Agama Islam yang masuk ke Mandailing dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol. Seperti juga di Jawa Timur dan Banten rakyat setempat yang tidak mau masuk Islam, menyingkir ke utara dan bahkan akibat agresi kaum Paderi dari Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri sampai Malaya. Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam keturunan marga Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang anak hasil incest (hubungan seksual dalam satu keluarga) dari keluarga Singamangaraja X.
Penyebaran Mazhab Hambali dimulai tahun 1804 dengan pemusnahan keluarga Kerajaan Pagarruyung di Suroaso, yang menolak aliran baru. Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1 Ramadhan 1231 H (tahun 1816 M), dengan penyerbuan terhadap benteng Muarasipongi yang dipertahankan oleh Marga Lubis. 5.000 orang dari pasukan berkuda ditambah 6.000 infanteri meluluhlantakkan benteng Muarasipongi, dan seluruh penduduknya dibantai tanpa menyisakan seorangpun. Kekejaman ini sengaja dilakukan dan disebarluaskan untuk menebarkan teror dan rasa takut agar memudahkan penaklukkan. Setelah itu, satu persatu wilayah Mandailing ditaklukkan oleh pasukan Paderi, yang dipimpin oleh Tuanku Rao dan Tuanku Lelo, yang adalah putra-putra Batak sendiri. Selain kedua nama ini, ada sejumlah orang Batak yang telah masuk Islam, ikut pasukan Paderi menyerang Tanak Batak, yaitu Tuanku Tambusai (Harahap), Tuanku Sorik Marapin (Nasution), Tuanku Mandailing (Lubis), Tuanku Asahan (Mansur Marpaung), Tuanku Kotapinang (Alamsyah Dasopang), Tuanku Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar), Tuanku Saman (Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger Siregar), Tuanku Junjungan (Tahir Daulay) dan Tuanku Marajo (Harahap).
3.      Agama Kristen
Ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Utara). Kawasan ini masih sangat tertutup seperti dikelilingi kabut misteri. Suku Batak Toba yang mendiaminya tetap asyik dengan kehidupan sosial yang dicengkeram agama suku, masih pele begu, peradaban yang cenderung primitif karena hidup dalam permusuhan, perbudakan, penculikan, perampokan, perjudian, dan kanibalisme. Maka istilah “Jangan coba-coba mendekati orang Batak” memaksa Burton dan Ward menarik langkah mereka mundur dari Tanah Batak saat berkunjung Juli 1824. Burton dan Ward adalah utusan Babtist Church of England, tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah Batak.
Secara umum Pekabaran Injil di dunia adalah mengkuti pembukaan segala benua melalui gerakan imperialisme dan kolonialisme. Maka, tak heran apabila mesionaris perintis di Tanah Batak tertahan di Sipirok dan Angkola yang sudah masuk dalam penaklukan Belanda, belum masuk ke Tanah Batak sebelum daerah itu betul-betul masuk dalam kekuasaan Belanda .
Setelah Burton-Ward dan Munson-Lyman, misionaris perintis lain yang menyusul adalah Gerrit van Asselt. Dia diutus Ds Wetteven dari kota Ermello, Belanda, tiba di Sumatra Mei 1856 dan berpos di Sipirok ,1857. Organisasi yang megirimkan Gerrit van Asselt sangat kecil, bahkan dalam buku Sejarah Gereja, karangan Dr.H .Berkog dan Dr. IH Enklar sama sekali tidak disebut-sebut. Ada yang mencatat Zending Ermello berada di bawah naungan Nederlandse Zendingsvereniging (NZV). Akan tetapi, karena NZV baru berdiri pada tahun 1856, besar kemungkinan Zending Ermello berada di bawah naungan Nederandse Zending-Genootschap (NZG) yang berdiri pada tahun 1797, sebuah organisasi Zending dari mana NZV berasal.
Koster dan van Dalen ditempatkan di Pargarutan. Van Dallen kemudian pindah ke Simapilapil. Dammerbooer jadi opzichter di sekolah Belanda sebelum ke Huta Rimbaru dan masuk ke Mission Java Komite. Gerrit van Asselt sendiri pada 31 Maret 1961 membaptis orang Batak Kristen pertama, Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon di Sipirok.
Semangat Pekabran Injil de Eropah tak lagi tergantung pada kerjasama suatu Gereja dengan pemerintahnya yang melakukan kolinialisasi ke berbagai benua. Di Jerman, di tepi sungai Zending. Rheinische Missionsgesellschaft (RM) yang berdiri pada tahun 1818 mengutus misionaris ke daratan luas dan suku-suku bangsa besar di Afrika dan Tiongkok, termasuk ke Indonesia yang berada di bawah penguasaan Belanda.
Pemindahan Zendeling dari Kalimantan ke Tanah Batak terkait dengan penugasan pimpinan RM, Inspektur Dr.Friedrich Fabri kepada misionaris yang tertahan di Batavia akibat Perang Banjar, pada tahun 1860. Ketika itu Febri berkunjung ke Amsterdam, Belanda. Dia sangat tertarik pada dokumen van der Took mengenai suku Batak Toba yang ditelitinya pada tahun 1849. Fabri mengutus Hoefen mengunjungi Tanah Batak, dan berdasarkan laporan Hoefen RM menugaskan dua misionaris, Klammer yang bertahan di Batavia dan Heine yang langsung didatangkan dari Barmen, ke Tanah Batak. Keduanya tiba di Sibolga 17 Agustus 1961 dan memilih Sipirok sebagai pos utama. Heine dan Klammer tinggal melapor ke residen Tapanuli di Sibolga karena Fabri sudah lebih dahulu meminta izin atas penugasan kedua misionaris itu ke pemerintahan Belanda.
Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1918) merupakan tokoh sentral Pekabaran Injil di Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai “Rasul Batak” yang menjadikan suku Batak Toba menjadi suku bangsa maju.
Dia menginjakkan kaki di Barus Juni 1862, ditempatkan oleh rekan-rekan pendahulunya di Parausorat Desember 1862, lalu menginjakkan kaki di Silindung November 1863. Pekerjaan di perbatasan, menurutnya tidak memadai karena dominan penduduknya sudah memeluk agama Islam. Tak ada cara lain kecuali memasuki Tanah Batak, Silindung adalah pilihan utama karena jumlah penduduknya sangat besar, meskipun ditentang pemerintah Hindia Belanda, harus ditempuh melalui medan yang berat yaitu hutan belantara yang penuh marabahaya, serta kemungkinan ditolak bahkan bisa terbunuh.
Dr.H.Berkof dan Dr.IH Enklaar dalam sejarah Gereja mencatat, ”sungguhpun mula-mula pekerjaannya (pekerjaan Nommensen) amat susah dan ia sering ditimpa sengsara dan bahaya, tetapi ia bernubuat: Aku melihat seluruh daerah ini ditaburi dengan gedung-gedung gereja dan sekolah! Sekarang ramalan itu sudah di genapi, karena oleh strategi Zending yang cakap, pimpinan yang kuat, pekerja yang banyak dan latihan pengantar-pengantar jemaat dan guru sekolah dengan secukupnya dari permulaan, maka lama kelamaan Gereja Kristus di Tanah Batak meluas sampai menjadi Gereja muda paling besar di dunia.”:
Ditandai dengan didirikannya Universitas Nommensen (1954) dengan kira-kira 3.000 mahasiswa pada tahun 1971,dan suatu tata gereja baru (1962) yang dengannya dihapuskan sinode distrik. HKBP juga mengembangkan usaha pendidikan dan penginjilan dikalangan orang-orang Jawa di Sumatera Timur, orang-orang Sakai di Riau, dan di Malaysia. Pada permulaan tahun 1960-an HKBP hampir mempunyai 900.000 anggota di sumatera dan banyak jemaat di pulau lainnya dan di Singapura.
Dalam perkembangannya HKBP beberapa kali mengalami peristiwa “ditinggalkan jemaat”, di mulai tahun 1927 dengan berdirinya Mission Batak, disusul Huria Christen Batak (HCB), Punguan Kristen Batak (PKB), dan Huria Kristen Indonesia (HKI). Pada tahun 1964 sejumlah anggota keluar dan menamakan diri Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Atas kemelut HKBP yang terjadi pada tahun 1990-an sejumlah anggota juga banyak yang pindah ke Gereja lain. Menurut Almanak HKBP tahun 2007 HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di Indonesia bahkan di Singapura dan Amerika Serikat. Dengan jumlah lebih dari 5 juta jemaat HKBP di catat sebagai lembaga keagamaan dengan jumlah angota terbesar ketiga setelah Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah.



E.     Falsafah dan sistem kemasyarakatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak
1.      Dalihan Na Tolu (Toba)
a.       Somba Marhula-hula
b.      Manat Mardongan Tubu
c.       Elek Marboru
2.      Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola)
a.       Hormat Marmora
b.      Manat Markahanggi
c.       Elek Maranak Boru
3.      Tolu Sahundulan (Simalungun)
a.       Martondong Ningon Hormat, Sombah
b.      Marsanina Ningon Pakkei, Manat
c.       Marsanina Ningon Pakkei, Manat
d.      Marboru Ningon Elek, Pakkei
4.      Rakut Sitelu (Karo)
a.       Nembah Man Kalimbubu
b.      Mehamat Man Sembuyak
c.       Nami-nami Man Anak Beru
5.      Daliken Sitelu (Pakpak)
a.       Sembah Merkula-kula
b.      Manat Merdengan Tubuh
c.       Elek Marberru





F.     Foto-Foto Waktu melakukan Riset
Foto bersama di depan rumah adat suku batak
Alat musik tradisional suku batak
Tempat tidur para raja
Penjelasan dari narasumber

Buku kalender suku batak
Alat-alat mistik suku batak
Senjata suku batak
Foto bersama narasumber



BAB III
                                                   PENUTUP              

KESIMPULAN

Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyyarakat terdiri atas beberapa suku, seperti melayu, nias, batak toba, batak karo, simalungun, tapanuli tengah, tapanuli selatan (meliputi sipirok, angkola, padang, bolah, dan mandailing). Serta penduduk pendatang seperti minang, jawa, dan aceh yang bawa budaya serta adat istiadatnya sendiri.
Semua etnis memiliki budaya masing-masing, mulai dari agama, adat istiadat, upacara adat dari daerah, jenis makanan, dan pakaian adat juga memilki suatu khas atau ciri dari setiap daerah. Keragaman budaya tersebut sangat mendukung untuk digunakan sebagai pusat pariwisata maupun cagar budaya di Sumatra Utara.















BAB I
PENDAHULUAN


Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti basic humanities yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.
Kebudayaan atau sering dikatakan suku di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis sesuai dengan daerah yang ditempati. Mulai dari sabang sampai merauke memiliki suku atau kebudayaan masing-masing. Misalnya di Sumatera Barat terkenal dengan suku minang, Kalimantan barat yaitu suku dayak, suku bugis di Sulawesi Selatan, suku sunda di Jawa Barat, suku batak di Sumatera Utara dan llain sebagainya.
Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai salah satu suku di Indonesia yaitu suku batak. Suku batak merupakan sebuah nama kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai batak adalah Batak toba,  Batak Karo,  Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
            Suku bangsa batak di atas memiliki adat, kebiasaan agama ataupun hal lainnya yang tidak sama. Sejarah, identitas, agama, kekerabatan, sistem kemasyarakatan dan lain-lain mengenai suku batak akan dibahas lebih mendetail. Memaparkan pula perbedaan jenis suku batak ditinjau dari berbagai sisi.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah

Batak merupakan satu istilah yang digunakan untuk kumpulan suku yang terdapat di daratan tertinggi di Sumatera Utara, Suku Batak berasal dari keturunan Raja Batak
Suku batak termasuk suku bangsa melayu tua yang berasal dari indocina atau hindia belakang, nenek moyang orang batak berasal dari utara berpindah ke Filipina dan berpindah lagi ke Sulewesi Selatan, berlayar hingga akhirnya menetap di pelabuhan barus, kemudian bergeser ke pedalaman dan menetap dikaki gunung pusuk buhit, di tepi pulau samosir, tempat asal usul peradaban suku batak.
Keturunan suku batak berasal dari hindia muka (india), pindah ke burma, kemudian ke tanah genting Kera di Utara Malaysia. Berlayar sampai ke tanjung balai batubara dan di pangkalan brandan atau kuala simpang di aceh dari sana naik ke pedalaman danau toba
Suku batak termasuk dalam rumpun proto-melayu yang berasal dari Asia selatan yakni dari burmayang berlayar sampai malaysia, menyeberang dan menghuni daerah sekitar danau toba.
B.     Jenis Suku Batak
Suku bangsa batak yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara.
Jenis-jenis suku batak :
1)      Batak toba
2)      Batak karo
3)      Batak pakpak
4)      Batak simalungun
5)      Batak angkola
6)      Batak mandailing

C.    Identitas Suku Budaya Batak
1.      Suku Batak Toba

Wilayah-wilayah Suku Batak Toba meliputi balige porsea, parsoburan, laguboti, ajibata, ulunan, borbor, lumban, julu, dan sekitar. Sitorus, sirait, butar-butar manurung merupakan beberapa marga dari Suku Batak toba. Suku Batak Toba ialah marga-marga pada Suku Bangsa Batak yang berkampung halaman (marbona pasogit) di daerah Toba. Sonak Malela yang mempunyai 3 (tiga) orang putera dan menurunkan 4marga, yaitu: Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede, merupakan salah satu cotoh marga pada suku bangsa Batak Toba.

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo.banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.
a.      Kebudayan
Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner.Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional.Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global.Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.
b.      Musik
DSCF1091.JPG
Toba Kuno di jaman dinasti Tuan Sorimangaraja (Pahompu-nya Si Raja Batak) Berawal dari musik Raja-raja.Bukan musik untuk Raja, tetapi musik yang dimainkan oleh Raja. Musik Batak awalnya diciptakan untuk upacara ritual yang dipimpin pada Datu (dukun) pada masa itu untuk penghormatan leluhur, minta panen yang sukses kepada Mula Jadi Nabolon.
Batak untuk ritual ini adalah yang disebut Gondang Sabangunan yang terdiri dari 5 Ogung, 5 Gondang, Sarune Bolon lubang 5. Namun para Rakyat juga ingin main musik, maka berkembanglah musik batak ini di kalangan rakyat dengan format Taganing, Garantung, Hasapi, Seruling dan Sarune Etek. Dengan alat-alat musik inilah tercipta banyak sekali lagu rakyat yang bernuansa pentatonis (Do Re Mi Fa Sol, kadang2 ada juga La) dan susunan nada (licks)-nya sangat khas tidak didapati di musik suku lain.


c.       Tarian
Seni tari tradisional meliputi berbagai jenis.Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan.tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu.Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat.Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
d.      Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami.Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.


e.       Bahasa Batak Toba
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli utara, dan Toba samosir, sumatera Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak.
Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih 2.000.000 orang penutur Bahasa Batak Toba, yang tinggal di bagian barat dan selatan Danau Toba.Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah menggunakan aksara Batak, namun saat ini para penuturnya hampir selalu menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya.

2.      Ulos Pada Suku Batak
Ulos adalah sebuah kain tenun hasil karya suku Batak yang berbentuk selendang.Ulos dikenal oleh suku Batak sejak abad ke-14, seiring masuknya alat tenun tangan dari India.Umumnya, panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm. Ulos melambangkan cinta kasih seseorang terhadap sesama.Awalnya ulos berfunsi untuk menghangtkan badan (sebagai selimut atau sebagai selendang untuk menutupi tubuh dari udara dingin),suku Batak, ada tiga unsur dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan panas.Darah dan nafas adalah pemberian dari Tuhan, sedangkan panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk menghangatkan udara dingin dipemukiman suku Batak, apalagi pada saat malam hari. Menurut suku Batak, ada tiga sumber yang dapat memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Ulos memiliki fungsi memberi panas yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh pengguna ulos tersebut.
            Cara memakai ulos bermacam-macam tergantung pada situasinya.ada orang yang memaki ulos dibahunya seperti memakai selendang, ada yang memakainya sebagai kain sarung, ada yang melilitkannya dikepala dan ada pula yang mengikatnya secara ketat dipinggang. Arti dan fungsi kain khas suku Batak ini sejak dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan, kecuali berbeda variasi yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya.Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang komunikasi dan solidaritas.
Jenis-jenis Ulos :
1)      Ulos Ragidup
2)      Ulos Ragihotang
3)      Ulos Sibolang Rasta
4)      Ulos abit godang
5)      Ulos mangiring
6)      Ulos lobu-lobu
7)      Ulos Runjat
8)      Ulos Ragi Pakko
Jenis_ulos.jpg (290×174)
3.      Kekerabatan suku Batak
      Kekerabatan pada suku batak mempunyai 2 jenis yaitu: kekerabatan pada garis keturunan dan sosiologis. dan intinnya semua suku batak memiliki marga,
Dalam tradisi masyarakat batak, yang menjadi pengikat adalah marga (sedarah),Suku bangsa batak terbagi menjadi 6 puak:
ü  Batak Toba
ü  Batak Karo
ü  Batak pak pak
ü  Batak simalungun
ü  Batak angkola
ü  Batak mandailing
Semuanya memiliki cirri khas masing masing yang dapat membedakan jenis puak tersebut.

            Kelompok kekerabatan ditentukan dari garis keturunan laki-laki, penerus untuk harta warisan yang akan meneruskan garis keturunan,(leluhur marga),yang diketahui ada 416 jenis marga termasuk didalamnya suku Nias.Ini dapat diketahui dari TAROMBO,dari keturunan mana dia berasal yang asal usulnya yang berakhir pada Si Raja batak(anak perempuan dari keturunan Debata Mulajadi Nabolon/Tuhan pencipta bumi dan isinya)

Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.
4.      Tarian Tor-tor
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak.Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh.Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur).Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku.Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor beragam.Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan).Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar.Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan).Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja.
Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual.Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah.Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut.Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia.Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.
5.      Alat musik tradisional suku batak karo
Alat musik suku Batak Karo atau disebut dengan Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.
Jika diklasifikasi berdasarkan ensambel musik, sebenarnya gendang Karo terdiri dari gendang lima sedalanen dan gendang telu sedalanen. Gendang telu sedalanen adalah terdiri dari tiga instrumen musik yang dimainkan secara bersamaan, yang terdiri dari kulcapi (long neck lute) sebagai pembawa melodi, keteng-keteng (idiokordofon, tube-zhyter) sebagai pembawa ritmis, dan mangkuk mbentar (idiofon) sebagai pembawa tempo.
Sierjabaten begitulah sebutan Orang Karo kepada pemain musik tradisional-nya, dimana mereka (Sierjabaten atau penggual) berfungsi sebagai pengiring musik upacara adat Suku Karo, baik itu pernikahan, pesta panen, kemalangan atau lainnya. Jadi dari hal tersebut maka sebenarnya profesi ini bisa dibilang sudah cukup lama sekali ada dalam perkembangan dan perjalanan hidup Suku Karo. Mengenai kepastian mulai kapan julukan atau penamaan ini mulai dikenal dan di populerkan saya kurang tau pasti , yang jelas profesi ini berkaitan sekali dengan kesenian tradisional Suku Karo. Jadi menurut saya mereka mulai dikenal ketika masyarakat Karo menyadari kebutuhan akan hiburan dalan setiap acara adat mereka.
Pada kenyataanya peran serta mereka sangatlah vital dalam setiap acara pesta adat, sebab tanpa mereka sebuah acara adat tidak lengkap dan sempurna, mereka adalah sekumpulan penghibur juga bisa dibilang irama, nyawa dan tolak ukur kemeriahan sebuah acara adat. Semakin hebat keahlian mereka dalam bermain musik maka makin tinggi pula pamor mereka (Sierjabaten) dimata masayarakat Karo.
Sierjabaten (Pemusik) memiliki keahlian dalam bemain berbagai macam alat musik tradisoanal suku Batak Karo yang terdiri atas Sarune, Gendang Singanaki, Gendang singindungi, Gendang penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik mempunyai nama masing masing sesuai dengan alat musik yang mereka mainkan, pemain sarune disebut panarune, pemain gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggua, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung, serta pemain mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan mengenai setiap alat musik Tradisonal Karo :
a.       Sarune.
a)      Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi kedua sudut daun tersebut,
b)      Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune. Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain pada lobang sarune,
c)       Ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang (hewan), tempurung, atau perak,
d)     Batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada. Tujuh di sisi atas dan satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.
e)       Gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9.
b.      Gendang
Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk). Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan fungsi estetis akustiknya. Bagian-bagian gendang itu adalah:
a)      Tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir penampang endang. Bingkainya terbuat dari bambu.
b)      Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu nangka(Artocarpus integra sp).
c)      Gendang anak, berdiameter dibagian atas adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. Sedangkan ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari kayu jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya. Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm.
d)     Gendang indung, berdiameter dibagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.
c.       Gung dan Penganak
Gung dan penganak berfungsi sebagai pengatur ritme musik tradisional Karo. Gung ini diklasifikasikan ke dalam kategori idiofon yang terbuat dari logam yang cara memainkannya digantung.
Gung terbuat dari tembaga, berbentuk bundar mempunyai pencu. Gung dalam musik tradisional Karo terbagi dua yaitu gung penganak dangung. Salah satu contoh ukuran gung penganak diameternya 15,6 cm dengan pencu 4 cm dan ketebalan sisi lingkarannya 2,8 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapis dengan karet. Gung mempunyai diameter 65 cm dengan pencu berdiameter 15 cm dan tebal sisi lingkarannya 10 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi karet.

6.      Upacara adat
            Kehidupan masyarakat batak adalah kehidupan yang sangat menjujunjung tinggi aatnya.Bahkan sebelum lahir ke dunia pun sudah melakoni adat sampai seorang Batak tersebut meninggal dan menjadi tulang belulang masih ada serangkian adat, bukan rumit tapi adt batak menunjukkan bahwa DALIHAN NATOLU yang didalamnya adalah somba marhula - hula, Elek marboru,Manat mardongan tubu dan selalu terlihat pada saat perayaan serta syukuran dan adat yang digunakan sebagai penanda didalamnya. Beberapa macam Adat Batak Toba :
a.       Upacara Adat Mangirdak atau mangganje/mambosuri boru (adat tujuh bulanan)
b.      Upacara Adat Mangharoan
c.       Upacara adat mangharoan adalah upacara  adat yang  dilaksanakan setelah  dua minggu  kelahiran bayi  untuk menyambut  kedatangan  bayi tersebut  dalam keluarga tersebut.
d.      Upacara Adat Martutu aek
e.       Adat pemberian nama kepada bayi , namun pada saat ini sudah jarng dilakukan kepada bayi karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama .
f.       Upacara Adat Marhajabuan
g.       Upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba, Marhajabuan (berumag tangga). Jenis-jenis upacara pernikahan adat batak :
1)      PATIUR BABA NI MUAL (Permisi dan mohon doa  restu tulang)
2)      MARHORI HORI DINGDING (Perkenalan keluarga secara tertutup)
3)      MARHUSIP (Perundingan diam diam  & Patua dan Hata  (Melamar secara resmi
4)      MARTOMPUL
5)      MARTONGGO RAJA DAN MARIA RAJA (Pesta pertunangan
h.      Upacara Adat Manulangi
      Upacar adat yang diberikan kepada orang tua yang lanjut usianya dengan menyuapi/menyulangkan makanan kesukaan  oleh anak dan cucunya.
i.        Upacara adat Hamatean
      Ketika seseorang  batak meninggal  disesuaikan dengan adat  batak toba  apakah adat yang akan dibuat jika seseorang meninggal  sebagai sari matua , saur matua,  maulibulung.
j.        Upacara adat mangongkal holi
      Upacara adat penggalian tulang belulang orang tua yang telah meninggal untuk dimasukkan  kedalam tugu ( monument yang lebih bagus dari sebelumnya unuk menghormati  orang yang sudah meninggal )

7.      Masakan Suku batak
            Masakan adat Batak  jenis masakan yang dipengaruhi seni suku batak, dan termasuk masakan Nusantara. Yang paling sering digunakan dalam memasak sebuah pesta adalah andaliman (merica batak).Bahkan di tradisi orang batak banyak menggunakan Babi ataupun daging Anjing, yang dimasak sesuai selera masing masing . dan juga menggunakan makanan yang berasal dari danau, sepert ikan ikanan yaitu hasil pancingan para nelayan, mereka memasaknya biasanya disebut (napinadar,dipanggang,atau ikan arsik).
Jenis makanan Batak yang dapat dijumpai dan dikenal oleh masyarakat umumnya adalah:
a.       Saksang
b.      Arsik
c.       Panggang
d.      Ayam tasak telu
e.       Manuk Napinadar
f.       Tangotanggo
g.      Dengke Mas naniura
h.      Natinombur
i.        Mie Gomak
j.        Na nidugu
k.      Dali ni horbo
l.        Sambal tuktuk
m.    Pagitpagit
n.      Itak gurgur
o.      Kue lampet
p.      Kue Ombus ombus
q.      Kue Pohul pohul
r.        Kacang sihobuk
8.      Rumah adat Suku Batak
a.       Rumah adat Suku Batak Toba

http://3.bp.blogspot.com/-qF2T6MpmhEk/UZNouhTVdAI/AAAAAAAADRE/CFsHWZ0CVzU/s400/rumah_bolon.JPG






            Rumah adat batak toba disebut juga RUMAH BOLON , yang berbentuk panggung dengan bahan utama dari kayu,dengan cirri khas atapnya yang melengkung  dan runcing ditiap ujungnya.
            Rumah adalah hal yang terpenting, dibuat dengan formasi berbentuk segi empat, dipadu tiang dan dinding yang kuat. Makna dari pondasi ini sendiri adalah saling kerja sama demi memikul yang  berat.
1)      Gorga adalah pahatan/ukiran kayu yang ada pada rumah adat suku Batak. Hiasan ini sendiri memiliki nama-nama tersendiri berdasarkan bentuk ukirannya :
Gorga simataniari (matahari) : menggambarkan matahari yang merupakan sumber kehidupan manusia.
2)      Gorga desa naualu : menggambarkan 8 penjuru mata angin yang sangat berkaitan erat dengan aktivitas ritual suku Batak
3)      Gorga singa-singa : menggambarkan tuan rumah sebagai orang yang kuat, kokoh, pemberani dan berwibaw

Gorga dituliskan dengan 3 warna:
ü  Merah : Melambangkan kecerdasan  dan wawasan  yang luas
ü  Putih: melambangkan kejujuran  yang tulus  sehingga lahir kesucian
ü  Hitam : melahirkan kewibawaan yang bersifat pemimpin.
http://2.bp.blogspot.com/-SIxELyxBtI8/UZNkAHPHiOI/AAAAAAAADQk/GzjrovGl7B0/s400/rumah_gorga.jpg

b.      Rumah Adat Batak Karo


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimK9X0iyZ5NVV7IH6LCyANygl9iZwkrzhkD1n1uuPwgZCFVNvq3ruHF_k4unIoiKuj0EK8dGqCrJrK492i3si-wbpY8T4IWwhqNBnR-nwegFdFRXbDrkxgS8aBbbA53knYbUMrDFJxDZdC/s320/Rumah_adat_karo.jpg

            Gambar rumah adat Batak di atas adalah gambar rumah adat Batak Toba (gambar pertama) dan gambar rumah adat Batak Karo. Rumah adat tersebut telah disempurnakan oleh nenek moyang suku Batak selama berabad-abad hingga mencapai bentuk yang ada sekarang. Penyempurnaan bentuk tersebut tentunya disesuaikan dengan kondisi alam sekitar dan mungkin juga kepercayaan setempat.


9.      Aneka Legenda Suku Batak
a.       LAGENDA DANAU TOBA
b.      PATUNG SIGALE GALE
\"Batak\"

            Patung sigale gale ini dibuat oleh seorang raja, dan ditempkan di sebuah pondok kecil yang berada dihutn pada zaman dahulu, tetapi sekarang ada di kabupaten samosir daerah simanindo.
Patung ini sering dipertunjukkan untuk mengetahui seluk beluknya berikut dengan keunikan patung sigale gale tersebut.
ü  TONGKAT TUNGGAL PANALUNGAN
      Tongkat tunggal panalungan di adat batak itu sangat sakral, karena merupakan tongkat ke besaran, dan biasabta tongkat tunggal panaluan ini diguanakan oleh para penetua adat batak, seperti penyambutan
D.    Sejarah Perkembangan Agama Suku Batak
1.      Agama Parmalim
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda mati.
Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.
Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah “Debata”, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut “Ompu Na Bolon” (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk menekankan bahwa “Ompu Nabolon” ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi “Mula Jadi Nabolon” atau “Tuan Mula Jadi Nabolon”.
Mereka beribadah setiap hari sabtu dan memiliki dua hari peringatan besar setiap tahunnya yaitu Sipaha Sada dan Sipaha Lima. Sipaha Sada ini dilakukan saat masuk tahun baru Batak yang dimulai setiap bulan Maret. Dan Sipaha Lima yang dilakukan saat bulan Purnama yang dilakukan antara bulan juni-juli.
Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah biasanya mengunakan sorban seperti layaknya orang muslim, sarung dan Ulos (selendang batak). Sementara yang wanitanya bersarung dan mengonde rambut mereka. Semua acara Parmalin dipimpin langsung oleh Raja Marnokkok Naipospos. Kakek Raja Marnokkok adalah Raja Mulia Naipospos yang menjadi pembantu utama Sisingamangaraja XI. Kini penganut Parmalin ini mencapai 7000 orang termasuk yang bukan orang batak. Mereka tersebar di 39 tempat di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh Darussalam.
Kitab-Kitab Dalam Agama Parmalim
a.       Kitab Batara Guru,Kitab ini berisi seluruh rahasia Allah tentang terjadinya bumi dan manusia beserta kodrat kehidupan dan kebijakan manusia.
b.      Kitab Debata Sorisohaliapan, Kitab ini berisi tatanan hidup manusia.
c.       Kitab Mangala Bulan, Kitab Mangala Bulan menerangkan tentang cerminan kekuatan Allah.
d.      Debata Asi-Asi, Kitab ini menerangkan tentang inti dari Kitab Batara Guru, Debata Sorisohaliapan, Mangala Bulan (Debata Natolu) dan induk dari segala kitab.
e.       Kitab Boru Debata, Kitab ini berisikan tentang kehidupan wanita hingga memperoleh anak.
f.       Kitab Pengobatan, Kitab ini menerangkan tentang bagaimana manusia agar selalu sehat, bagi orang sakit menjadi sembuh, bagaimana agar dekat dengan Tuhan dan bagaimana cara melaksanakan budaya ritual agar manusia itu sehat.
g.      Falsafah Batak, Kitab ini berisi tentang adat istiadat, budaya, hukum, aksara seni tari, seni musik terutama bidang pemerintahan kerajaan sosial ekonomi.
h.      Kitab Pane Nabolon, Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya.
i.        Kitab Raja Uhum Manisia, Kitab ini adalah kitab yang berisi penghakiman.


2.      Agama Islam
Perang Paderi Sumatera Barat berawal dari pertentangan antara kaum adat dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu. Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang bereskalasi kepada konflik bersenjata. Karena tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira. Maka pecahlah Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai 1833. Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 – 1820 dan kemudian mengIslamkan Tanah Batak selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam.
Agama Islam yang masuk ke Mandailing dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol. Seperti juga di Jawa Timur dan Banten rakyat setempat yang tidak mau masuk Islam, menyingkir ke utara dan bahkan akibat agresi kaum Paderi dari Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri sampai Malaya. Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam keturunan marga Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang anak hasil incest (hubungan seksual dalam satu keluarga) dari keluarga Singamangaraja X.
Penyebaran Mazhab Hambali dimulai tahun 1804 dengan pemusnahan keluarga Kerajaan Pagarruyung di Suroaso, yang menolak aliran baru. Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1 Ramadhan 1231 H (tahun 1816 M), dengan penyerbuan terhadap benteng Muarasipongi yang dipertahankan oleh Marga Lubis. 5.000 orang dari pasukan berkuda ditambah 6.000 infanteri meluluhlantakkan benteng Muarasipongi, dan seluruh penduduknya dibantai tanpa menyisakan seorangpun. Kekejaman ini sengaja dilakukan dan disebarluaskan untuk menebarkan teror dan rasa takut agar memudahkan penaklukkan. Setelah itu, satu persatu wilayah Mandailing ditaklukkan oleh pasukan Paderi, yang dipimpin oleh Tuanku Rao dan Tuanku Lelo, yang adalah putra-putra Batak sendiri. Selain kedua nama ini, ada sejumlah orang Batak yang telah masuk Islam, ikut pasukan Paderi menyerang Tanak Batak, yaitu Tuanku Tambusai (Harahap), Tuanku Sorik Marapin (Nasution), Tuanku Mandailing (Lubis), Tuanku Asahan (Mansur Marpaung), Tuanku Kotapinang (Alamsyah Dasopang), Tuanku Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar), Tuanku Saman (Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger Siregar), Tuanku Junjungan (Tahir Daulay) dan Tuanku Marajo (Harahap).
3.      Agama Kristen
Ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Utara). Kawasan ini masih sangat tertutup seperti dikelilingi kabut misteri. Suku Batak Toba yang mendiaminya tetap asyik dengan kehidupan sosial yang dicengkeram agama suku, masih pele begu, peradaban yang cenderung primitif karena hidup dalam permusuhan, perbudakan, penculikan, perampokan, perjudian, dan kanibalisme. Maka istilah “Jangan coba-coba mendekati orang Batak” memaksa Burton dan Ward menarik langkah mereka mundur dari Tanah Batak saat berkunjung Juli 1824. Burton dan Ward adalah utusan Babtist Church of England, tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah Batak.
Secara umum Pekabaran Injil di dunia adalah mengkuti pembukaan segala benua melalui gerakan imperialisme dan kolonialisme. Maka, tak heran apabila mesionaris perintis di Tanah Batak tertahan di Sipirok dan Angkola yang sudah masuk dalam penaklukan Belanda, belum masuk ke Tanah Batak sebelum daerah itu betul-betul masuk dalam kekuasaan Belanda .
Setelah Burton-Ward dan Munson-Lyman, misionaris perintis lain yang menyusul adalah Gerrit van Asselt. Dia diutus Ds Wetteven dari kota Ermello, Belanda, tiba di Sumatra Mei 1856 dan berpos di Sipirok ,1857. Organisasi yang megirimkan Gerrit van Asselt sangat kecil, bahkan dalam buku Sejarah Gereja, karangan Dr.H .Berkog dan Dr. IH Enklar sama sekali tidak disebut-sebut. Ada yang mencatat Zending Ermello berada di bawah naungan Nederlandse Zendingsvereniging (NZV). Akan tetapi, karena NZV baru berdiri pada tahun 1856, besar kemungkinan Zending Ermello berada di bawah naungan Nederandse Zending-Genootschap (NZG) yang berdiri pada tahun 1797, sebuah organisasi Zending dari mana NZV berasal.
Koster dan van Dalen ditempatkan di Pargarutan. Van Dallen kemudian pindah ke Simapilapil. Dammerbooer jadi opzichter di sekolah Belanda sebelum ke Huta Rimbaru dan masuk ke Mission Java Komite. Gerrit van Asselt sendiri pada 31 Maret 1961 membaptis orang Batak Kristen pertama, Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon di Sipirok.
Semangat Pekabran Injil de Eropah tak lagi tergantung pada kerjasama suatu Gereja dengan pemerintahnya yang melakukan kolinialisasi ke berbagai benua. Di Jerman, di tepi sungai Zending. Rheinische Missionsgesellschaft (RM) yang berdiri pada tahun 1818 mengutus misionaris ke daratan luas dan suku-suku bangsa besar di Afrika dan Tiongkok, termasuk ke Indonesia yang berada di bawah penguasaan Belanda.
Pemindahan Zendeling dari Kalimantan ke Tanah Batak terkait dengan penugasan pimpinan RM, Inspektur Dr.Friedrich Fabri kepada misionaris yang tertahan di Batavia akibat Perang Banjar, pada tahun 1860. Ketika itu Febri berkunjung ke Amsterdam, Belanda. Dia sangat tertarik pada dokumen van der Took mengenai suku Batak Toba yang ditelitinya pada tahun 1849. Fabri mengutus Hoefen mengunjungi Tanah Batak, dan berdasarkan laporan Hoefen RM menugaskan dua misionaris, Klammer yang bertahan di Batavia dan Heine yang langsung didatangkan dari Barmen, ke Tanah Batak. Keduanya tiba di Sibolga 17 Agustus 1961 dan memilih Sipirok sebagai pos utama. Heine dan Klammer tinggal melapor ke residen Tapanuli di Sibolga karena Fabri sudah lebih dahulu meminta izin atas penugasan kedua misionaris itu ke pemerintahan Belanda.
Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1918) merupakan tokoh sentral Pekabaran Injil di Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai “Rasul Batak” yang menjadikan suku Batak Toba menjadi suku bangsa maju.
Dia menginjakkan kaki di Barus Juni 1862, ditempatkan oleh rekan-rekan pendahulunya di Parausorat Desember 1862, lalu menginjakkan kaki di Silindung November 1863. Pekerjaan di perbatasan, menurutnya tidak memadai karena dominan penduduknya sudah memeluk agama Islam. Tak ada cara lain kecuali memasuki Tanah Batak, Silindung adalah pilihan utama karena jumlah penduduknya sangat besar, meskipun ditentang pemerintah Hindia Belanda, harus ditempuh melalui medan yang berat yaitu hutan belantara yang penuh marabahaya, serta kemungkinan ditolak bahkan bisa terbunuh.
Dr.H.Berkof dan Dr.IH Enklaar dalam sejarah Gereja mencatat, ”sungguhpun mula-mula pekerjaannya (pekerjaan Nommensen) amat susah dan ia sering ditimpa sengsara dan bahaya, tetapi ia bernubuat: Aku melihat seluruh daerah ini ditaburi dengan gedung-gedung gereja dan sekolah! Sekarang ramalan itu sudah di genapi, karena oleh strategi Zending yang cakap, pimpinan yang kuat, pekerja yang banyak dan latihan pengantar-pengantar jemaat dan guru sekolah dengan secukupnya dari permulaan, maka lama kelamaan Gereja Kristus di Tanah Batak meluas sampai menjadi Gereja muda paling besar di dunia.”:
Ditandai dengan didirikannya Universitas Nommensen (1954) dengan kira-kira 3.000 mahasiswa pada tahun 1971,dan suatu tata gereja baru (1962) yang dengannya dihapuskan sinode distrik. HKBP juga mengembangkan usaha pendidikan dan penginjilan dikalangan orang-orang Jawa di Sumatera Timur, orang-orang Sakai di Riau, dan di Malaysia. Pada permulaan tahun 1960-an HKBP hampir mempunyai 900.000 anggota di sumatera dan banyak jemaat di pulau lainnya dan di Singapura.
Dalam perkembangannya HKBP beberapa kali mengalami peristiwa “ditinggalkan jemaat”, di mulai tahun 1927 dengan berdirinya Mission Batak, disusul Huria Christen Batak (HCB), Punguan Kristen Batak (PKB), dan Huria Kristen Indonesia (HKI). Pada tahun 1964 sejumlah anggota keluar dan menamakan diri Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Atas kemelut HKBP yang terjadi pada tahun 1990-an sejumlah anggota juga banyak yang pindah ke Gereja lain. Menurut Almanak HKBP tahun 2007 HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di Indonesia bahkan di Singapura dan Amerika Serikat. Dengan jumlah lebih dari 5 juta jemaat HKBP di catat sebagai lembaga keagamaan dengan jumlah angota terbesar ketiga setelah Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah.



E.     Falsafah dan sistem kemasyarakatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak
1.      Dalihan Na Tolu (Toba)
a.       Somba Marhula-hula
b.      Manat Mardongan Tubu
c.       Elek Marboru
2.      Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola)
a.       Hormat Marmora
b.      Manat Markahanggi
c.       Elek Maranak Boru
3.      Tolu Sahundulan (Simalungun)
a.       Martondong Ningon Hormat, Sombah
b.      Marsanina Ningon Pakkei, Manat
c.       Marsanina Ningon Pakkei, Manat
d.      Marboru Ningon Elek, Pakkei
4.      Rakut Sitelu (Karo)
a.       Nembah Man Kalimbubu
b.      Mehamat Man Sembuyak
c.       Nami-nami Man Anak Beru
5.      Daliken Sitelu (Pakpak)
a.       Sembah Merkula-kula
b.      Manat Merdengan Tubuh
c.       Elek Marberru





F.     Foto-Foto Waktu melakukan Riset
Foto bersama di depan rumah adat suku batak
Alat musik tradisional suku batak
Tempat tidur para raja
Penjelasan dari narasumber

Buku kalender suku batak
Alat-alat mistik suku batak
Senjata suku batak
Foto bersama narasumber



BAB III
                                                   PENUTUP              

KESIMPULAN

Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyyarakat terdiri atas beberapa suku, seperti melayu, nias, batak toba, batak karo, simalungun, tapanuli tengah, tapanuli selatan (meliputi sipirok, angkola, padang, bolah, dan mandailing). Serta penduduk pendatang seperti minang, jawa, dan aceh yang bawa budaya serta adat istiadatnya sendiri.
Semua etnis memiliki budaya masing-masing, mulai dari agama, adat istiadat, upacara adat dari daerah, jenis makanan, dan pakaian adat juga memilki suatu khas atau ciri dari setiap daerah. Keragaman budaya tersebut sangat mendukung untuk digunakan sebagai pusat pariwisata maupun cagar budaya di Sumatra Utara.















DAFTAR PUSTAKA


4.      Narasumber : Bapak Sholihin, Tour Guide Taman Mini Indonesia Indah anjungan Sumatera Utara.
BAB I
PENDAHULUAN


Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti basic humanities yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.
Kebudayaan atau sering dikatakan suku di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis sesuai dengan daerah yang ditempati. Mulai dari sabang sampai merauke memiliki suku atau kebudayaan masing-masing. Misalnya di Sumatera Barat terkenal dengan suku minang, Kalimantan barat yaitu suku dayak, suku bugis di Sulawesi Selatan, suku sunda di Jawa Barat, suku batak di Sumatera Utara dan llain sebagainya.
Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai salah satu suku di Indonesia yaitu suku batak. Suku batak merupakan sebuah nama kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai batak adalah Batak toba,  Batak Karo,  Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
            Suku bangsa batak di atas memiliki adat, kebiasaan agama ataupun hal lainnya yang tidak sama. Sejarah, identitas, agama, kekerabatan, sistem kemasyarakatan dan lain-lain mengenai suku batak akan dibahas lebih mendetail. Memaparkan pula perbedaan jenis suku batak ditinjau dari berbagai sisi.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah

Batak merupakan satu istilah yang digunakan untuk kumpulan suku yang terdapat di daratan tertinggi di Sumatera Utara, Suku Batak berasal dari keturunan Raja Batak
Suku batak termasuk suku bangsa melayu tua yang berasal dari indocina atau hindia belakang, nenek moyang orang batak berasal dari utara berpindah ke Filipina dan berpindah lagi ke Sulewesi Selatan, berlayar hingga akhirnya menetap di pelabuhan barus, kemudian bergeser ke pedalaman dan menetap dikaki gunung pusuk buhit, di tepi pulau samosir, tempat asal usul peradaban suku batak.
Keturunan suku batak berasal dari hindia muka (india), pindah ke burma, kemudian ke tanah genting Kera di Utara Malaysia. Berlayar sampai ke tanjung balai batubara dan di pangkalan brandan atau kuala simpang di aceh dari sana naik ke pedalaman danau toba
Suku batak termasuk dalam rumpun proto-melayu yang berasal dari Asia selatan yakni dari burmayang berlayar sampai malaysia, menyeberang dan menghuni daerah sekitar danau toba.
B.     Jenis Suku Batak
Suku bangsa batak yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara.
Jenis-jenis suku batak :
1)      Batak toba
2)      Batak karo
3)      Batak pakpak
4)      Batak simalungun
5)      Batak angkola
6)      Batak mandailing

C.    Identitas Suku Budaya Batak
1.      Suku Batak Toba

Wilayah-wilayah Suku Batak Toba meliputi balige porsea, parsoburan, laguboti, ajibata, ulunan, borbor, lumban, julu, dan sekitar. Sitorus, sirait, butar-butar manurung merupakan beberapa marga dari Suku Batak toba. Suku Batak Toba ialah marga-marga pada Suku Bangsa Batak yang berkampung halaman (marbona pasogit) di daerah Toba. Sonak Malela yang mempunyai 3 (tiga) orang putera dan menurunkan 4marga, yaitu: Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede, merupakan salah satu cotoh marga pada suku bangsa Batak Toba.

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo.banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.
a.      Kebudayan
Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner.Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional.Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global.Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.
b.      Musik
DSCF1091.JPG
Toba Kuno di jaman dinasti Tuan Sorimangaraja (Pahompu-nya Si Raja Batak) Berawal dari musik Raja-raja.Bukan musik untuk Raja, tetapi musik yang dimainkan oleh Raja. Musik Batak awalnya diciptakan untuk upacara ritual yang dipimpin pada Datu (dukun) pada masa itu untuk penghormatan leluhur, minta panen yang sukses kepada Mula Jadi Nabolon.
Batak untuk ritual ini adalah yang disebut Gondang Sabangunan yang terdiri dari 5 Ogung, 5 Gondang, Sarune Bolon lubang 5. Namun para Rakyat juga ingin main musik, maka berkembanglah musik batak ini di kalangan rakyat dengan format Taganing, Garantung, Hasapi, Seruling dan Sarune Etek. Dengan alat-alat musik inilah tercipta banyak sekali lagu rakyat yang bernuansa pentatonis (Do Re Mi Fa Sol, kadang2 ada juga La) dan susunan nada (licks)-nya sangat khas tidak didapati di musik suku lain.


c.       Tarian
Seni tari tradisional meliputi berbagai jenis.Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan.tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu.Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat.Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
d.      Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami.Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.


e.       Bahasa Batak Toba
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli utara, dan Toba samosir, sumatera Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak.
Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih 2.000.000 orang penutur Bahasa Batak Toba, yang tinggal di bagian barat dan selatan Danau Toba.Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah menggunakan aksara Batak, namun saat ini para penuturnya hampir selalu menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya.

2.      Ulos Pada Suku Batak
Ulos adalah sebuah kain tenun hasil karya suku Batak yang berbentuk selendang.Ulos dikenal oleh suku Batak sejak abad ke-14, seiring masuknya alat tenun tangan dari India.Umumnya, panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm. Ulos melambangkan cinta kasih seseorang terhadap sesama.Awalnya ulos berfunsi untuk menghangtkan badan (sebagai selimut atau sebagai selendang untuk menutupi tubuh dari udara dingin),suku Batak, ada tiga unsur dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan panas.Darah dan nafas adalah pemberian dari Tuhan, sedangkan panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk menghangatkan udara dingin dipemukiman suku Batak, apalagi pada saat malam hari. Menurut suku Batak, ada tiga sumber yang dapat memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Ulos memiliki fungsi memberi panas yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh pengguna ulos tersebut.
            Cara memakai ulos bermacam-macam tergantung pada situasinya.ada orang yang memaki ulos dibahunya seperti memakai selendang, ada yang memakainya sebagai kain sarung, ada yang melilitkannya dikepala dan ada pula yang mengikatnya secara ketat dipinggang. Arti dan fungsi kain khas suku Batak ini sejak dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan, kecuali berbeda variasi yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya.Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang komunikasi dan solidaritas.
Jenis-jenis Ulos :
1)      Ulos Ragidup
2)      Ulos Ragihotang
3)      Ulos Sibolang Rasta
4)      Ulos abit godang
5)      Ulos mangiring
6)      Ulos lobu-lobu
7)      Ulos Runjat
8)      Ulos Ragi Pakko
Jenis_ulos.jpg (290×174)
3.      Kekerabatan suku Batak
      Kekerabatan pada suku batak mempunyai 2 jenis yaitu: kekerabatan pada garis keturunan dan sosiologis. dan intinnya semua suku batak memiliki marga,
Dalam tradisi masyarakat batak, yang menjadi pengikat adalah marga (sedarah),Suku bangsa batak terbagi menjadi 6 puak:
ü  Batak Toba
ü  Batak Karo
ü  Batak pak pak
ü  Batak simalungun
ü  Batak angkola
ü  Batak mandailing
Semuanya memiliki cirri khas masing masing yang dapat membedakan jenis puak tersebut.

            Kelompok kekerabatan ditentukan dari garis keturunan laki-laki, penerus untuk harta warisan yang akan meneruskan garis keturunan,(leluhur marga),yang diketahui ada 416 jenis marga termasuk didalamnya suku Nias.Ini dapat diketahui dari TAROMBO,dari keturunan mana dia berasal yang asal usulnya yang berakhir pada Si Raja batak(anak perempuan dari keturunan Debata Mulajadi Nabolon/Tuhan pencipta bumi dan isinya)

Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.
4.      Tarian Tor-tor
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak.Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh.Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur).Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku.Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor beragam.Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan).Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar.Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan).Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja.
Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual.Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah.Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut.Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia.Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.
5.      Alat musik tradisional suku batak karo
Alat musik suku Batak Karo atau disebut dengan Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.
Jika diklasifikasi berdasarkan ensambel musik, sebenarnya gendang Karo terdiri dari gendang lima sedalanen dan gendang telu sedalanen. Gendang telu sedalanen adalah terdiri dari tiga instrumen musik yang dimainkan secara bersamaan, yang terdiri dari kulcapi (long neck lute) sebagai pembawa melodi, keteng-keteng (idiokordofon, tube-zhyter) sebagai pembawa ritmis, dan mangkuk mbentar (idiofon) sebagai pembawa tempo.
Sierjabaten begitulah sebutan Orang Karo kepada pemain musik tradisional-nya, dimana mereka (Sierjabaten atau penggual) berfungsi sebagai pengiring musik upacara adat Suku Karo, baik itu pernikahan, pesta panen, kemalangan atau lainnya. Jadi dari hal tersebut maka sebenarnya profesi ini bisa dibilang sudah cukup lama sekali ada dalam perkembangan dan perjalanan hidup Suku Karo. Mengenai kepastian mulai kapan julukan atau penamaan ini mulai dikenal dan di populerkan saya kurang tau pasti , yang jelas profesi ini berkaitan sekali dengan kesenian tradisional Suku Karo. Jadi menurut saya mereka mulai dikenal ketika masyarakat Karo menyadari kebutuhan akan hiburan dalan setiap acara adat mereka.
Pada kenyataanya peran serta mereka sangatlah vital dalam setiap acara pesta adat, sebab tanpa mereka sebuah acara adat tidak lengkap dan sempurna, mereka adalah sekumpulan penghibur juga bisa dibilang irama, nyawa dan tolak ukur kemeriahan sebuah acara adat. Semakin hebat keahlian mereka dalam bermain musik maka makin tinggi pula pamor mereka (Sierjabaten) dimata masayarakat Karo.
Sierjabaten (Pemusik) memiliki keahlian dalam bemain berbagai macam alat musik tradisoanal suku Batak Karo yang terdiri atas Sarune, Gendang Singanaki, Gendang singindungi, Gendang penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik mempunyai nama masing masing sesuai dengan alat musik yang mereka mainkan, pemain sarune disebut panarune, pemain gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggua, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung, serta pemain mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan mengenai setiap alat musik Tradisonal Karo :
a.       Sarune.
a)      Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi kedua sudut daun tersebut,
b)      Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune. Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain pada lobang sarune,
c)       Ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang (hewan), tempurung, atau perak,
d)     Batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada. Tujuh di sisi atas dan satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.
e)       Gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9.
b.      Gendang
Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk). Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan fungsi estetis akustiknya. Bagian-bagian gendang itu adalah:
a)      Tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir penampang endang. Bingkainya terbuat dari bambu.
b)      Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu nangka(Artocarpus integra sp).
c)      Gendang anak, berdiameter dibagian atas adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. Sedangkan ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari kayu jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya. Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm.
d)     Gendang indung, berdiameter dibagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.
c.       Gung dan Penganak
Gung dan penganak berfungsi sebagai pengatur ritme musik tradisional Karo. Gung ini diklasifikasikan ke dalam kategori idiofon yang terbuat dari logam yang cara memainkannya digantung.
Gung terbuat dari tembaga, berbentuk bundar mempunyai pencu. Gung dalam musik tradisional Karo terbagi dua yaitu gung penganak dangung. Salah satu contoh ukuran gung penganak diameternya 15,6 cm dengan pencu 4 cm dan ketebalan sisi lingkarannya 2,8 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapis dengan karet. Gung mempunyai diameter 65 cm dengan pencu berdiameter 15 cm dan tebal sisi lingkarannya 10 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi karet.

6.      Upacara adat
            Kehidupan masyarakat batak adalah kehidupan yang sangat menjujunjung tinggi aatnya.Bahkan sebelum lahir ke dunia pun sudah melakoni adat sampai seorang Batak tersebut meninggal dan menjadi tulang belulang masih ada serangkian adat, bukan rumit tapi adt batak menunjukkan bahwa DALIHAN NATOLU yang didalamnya adalah somba marhula - hula, Elek marboru,Manat mardongan tubu dan selalu terlihat pada saat perayaan serta syukuran dan adat yang digunakan sebagai penanda didalamnya. Beberapa macam Adat Batak Toba :
a.       Upacara Adat Mangirdak atau mangganje/mambosuri boru (adat tujuh bulanan)
b.      Upacara Adat Mangharoan
c.       Upacara adat mangharoan adalah upacara  adat yang  dilaksanakan setelah  dua minggu  kelahiran bayi  untuk menyambut  kedatangan  bayi tersebut  dalam keluarga tersebut.
d.      Upacara Adat Martutu aek
e.       Adat pemberian nama kepada bayi , namun pada saat ini sudah jarng dilakukan kepada bayi karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama .
f.       Upacara Adat Marhajabuan
g.       Upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba, Marhajabuan (berumag tangga). Jenis-jenis upacara pernikahan adat batak :
1)      PATIUR BABA NI MUAL (Permisi dan mohon doa  restu tulang)
2)      MARHORI HORI DINGDING (Perkenalan keluarga secara tertutup)
3)      MARHUSIP (Perundingan diam diam  & Patua dan Hata  (Melamar secara resmi
4)      MARTOMPUL
5)      MARTONGGO RAJA DAN MARIA RAJA (Pesta pertunangan
h.      Upacara Adat Manulangi
      Upacar adat yang diberikan kepada orang tua yang lanjut usianya dengan menyuapi/menyulangkan makanan kesukaan  oleh anak dan cucunya.
i.        Upacara adat Hamatean
      Ketika seseorang  batak meninggal  disesuaikan dengan adat  batak toba  apakah adat yang akan dibuat jika seseorang meninggal  sebagai sari matua , saur matua,  maulibulung.
j.        Upacara adat mangongkal holi
      Upacara adat penggalian tulang belulang orang tua yang telah meninggal untuk dimasukkan  kedalam tugu ( monument yang lebih bagus dari sebelumnya unuk menghormati  orang yang sudah meninggal )

7.      Masakan Suku batak
            Masakan adat Batak  jenis masakan yang dipengaruhi seni suku batak, dan termasuk masakan Nusantara. Yang paling sering digunakan dalam memasak sebuah pesta adalah andaliman (merica batak).Bahkan di tradisi orang batak banyak menggunakan Babi ataupun daging Anjing, yang dimasak sesuai selera masing masing . dan juga menggunakan makanan yang berasal dari danau, sepert ikan ikanan yaitu hasil pancingan para nelayan, mereka memasaknya biasanya disebut (napinadar,dipanggang,atau ikan arsik).
Jenis makanan Batak yang dapat dijumpai dan dikenal oleh masyarakat umumnya adalah:
a.       Saksang
b.      Arsik
c.       Panggang
d.      Ayam tasak telu
e.       Manuk Napinadar
f.       Tangotanggo
g.      Dengke Mas naniura
h.      Natinombur
i.        Mie Gomak
j.        Na nidugu
k.      Dali ni horbo
l.        Sambal tuktuk
m.    Pagitpagit
n.      Itak gurgur
o.      Kue lampet
p.      Kue Ombus ombus
q.      Kue Pohul pohul
r.        Kacang sihobuk
8.      Rumah adat Suku Batak
a.       Rumah adat Suku Batak Toba

http://3.bp.blogspot.com/-qF2T6MpmhEk/UZNouhTVdAI/AAAAAAAADRE/CFsHWZ0CVzU/s400/rumah_bolon.JPG






            Rumah adat batak toba disebut juga RUMAH BOLON , yang berbentuk panggung dengan bahan utama dari kayu,dengan cirri khas atapnya yang melengkung  dan runcing ditiap ujungnya.
            Rumah adalah hal yang terpenting, dibuat dengan formasi berbentuk segi empat, dipadu tiang dan dinding yang kuat. Makna dari pondasi ini sendiri adalah saling kerja sama demi memikul yang  berat.
1)      Gorga adalah pahatan/ukiran kayu yang ada pada rumah adat suku Batak. Hiasan ini sendiri memiliki nama-nama tersendiri berdasarkan bentuk ukirannya :
Gorga simataniari (matahari) : menggambarkan matahari yang merupakan sumber kehidupan manusia.
2)      Gorga desa naualu : menggambarkan 8 penjuru mata angin yang sangat berkaitan erat dengan aktivitas ritual suku Batak
3)      Gorga singa-singa : menggambarkan tuan rumah sebagai orang yang kuat, kokoh, pemberani dan berwibaw

Gorga dituliskan dengan 3 warna:
ü  Merah : Melambangkan kecerdasan  dan wawasan  yang luas
ü  Putih: melambangkan kejujuran  yang tulus  sehingga lahir kesucian
ü  Hitam : melahirkan kewibawaan yang bersifat pemimpin.
http://2.bp.blogspot.com/-SIxELyxBtI8/UZNkAHPHiOI/AAAAAAAADQk/GzjrovGl7B0/s400/rumah_gorga.jpg

b.      Rumah Adat Batak Karo


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimK9X0iyZ5NVV7IH6LCyANygl9iZwkrzhkD1n1uuPwgZCFVNvq3ruHF_k4unIoiKuj0EK8dGqCrJrK492i3si-wbpY8T4IWwhqNBnR-nwegFdFRXbDrkxgS8aBbbA53knYbUMrDFJxDZdC/s320/Rumah_adat_karo.jpg

            Gambar rumah adat Batak di atas adalah gambar rumah adat Batak Toba (gambar pertama) dan gambar rumah adat Batak Karo. Rumah adat tersebut telah disempurnakan oleh nenek moyang suku Batak selama berabad-abad hingga mencapai bentuk yang ada sekarang. Penyempurnaan bentuk tersebut tentunya disesuaikan dengan kondisi alam sekitar dan mungkin juga kepercayaan setempat.


9.      Aneka Legenda Suku Batak
a.       LAGENDA DANAU TOBA
b.      PATUNG SIGALE GALE
\"Batak\"

            Patung sigale gale ini dibuat oleh seorang raja, dan ditempkan di sebuah pondok kecil yang berada dihutn pada zaman dahulu, tetapi sekarang ada di kabupaten samosir daerah simanindo.
Patung ini sering dipertunjukkan untuk mengetahui seluk beluknya berikut dengan keunikan patung sigale gale tersebut.
ü  TONGKAT TUNGGAL PANALUNGAN
      Tongkat tunggal panalungan di adat batak itu sangat sakral, karena merupakan tongkat ke besaran, dan biasabta tongkat tunggal panaluan ini diguanakan oleh para penetua adat batak, seperti penyambutan
D.    Sejarah Perkembangan Agama Suku Batak
1.      Agama Parmalim
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda mati.
Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.
Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah “Debata”, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut “Ompu Na Bolon” (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk menekankan bahwa “Ompu Nabolon” ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi “Mula Jadi Nabolon” atau “Tuan Mula Jadi Nabolon”.
Mereka beribadah setiap hari sabtu dan memiliki dua hari peringatan besar setiap tahunnya yaitu Sipaha Sada dan Sipaha Lima. Sipaha Sada ini dilakukan saat masuk tahun baru Batak yang dimulai setiap bulan Maret. Dan Sipaha Lima yang dilakukan saat bulan Purnama yang dilakukan antara bulan juni-juli.
Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah biasanya mengunakan sorban seperti layaknya orang muslim, sarung dan Ulos (selendang batak). Sementara yang wanitanya bersarung dan mengonde rambut mereka. Semua acara Parmalin dipimpin langsung oleh Raja Marnokkok Naipospos. Kakek Raja Marnokkok adalah Raja Mulia Naipospos yang menjadi pembantu utama Sisingamangaraja XI. Kini penganut Parmalin ini mencapai 7000 orang termasuk yang bukan orang batak. Mereka tersebar di 39 tempat di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh Darussalam.
Kitab-Kitab Dalam Agama Parmalim
a.       Kitab Batara Guru,Kitab ini berisi seluruh rahasia Allah tentang terjadinya bumi dan manusia beserta kodrat kehidupan dan kebijakan manusia.
b.      Kitab Debata Sorisohaliapan, Kitab ini berisi tatanan hidup manusia.
c.       Kitab Mangala Bulan, Kitab Mangala Bulan menerangkan tentang cerminan kekuatan Allah.
d.      Debata Asi-Asi, Kitab ini menerangkan tentang inti dari Kitab Batara Guru, Debata Sorisohaliapan, Mangala Bulan (Debata Natolu) dan induk dari segala kitab.
e.       Kitab Boru Debata, Kitab ini berisikan tentang kehidupan wanita hingga memperoleh anak.
f.       Kitab Pengobatan, Kitab ini menerangkan tentang bagaimana manusia agar selalu sehat, bagi orang sakit menjadi sembuh, bagaimana agar dekat dengan Tuhan dan bagaimana cara melaksanakan budaya ritual agar manusia itu sehat.
g.      Falsafah Batak, Kitab ini berisi tentang adat istiadat, budaya, hukum, aksara seni tari, seni musik terutama bidang pemerintahan kerajaan sosial ekonomi.
h.      Kitab Pane Nabolon, Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya.
i.        Kitab Raja Uhum Manisia, Kitab ini adalah kitab yang berisi penghakiman.


2.      Agama Islam
Perang Paderi Sumatera Barat berawal dari pertentangan antara kaum adat dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu. Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang bereskalasi kepada konflik bersenjata. Karena tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira. Maka pecahlah Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai 1833. Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 – 1820 dan kemudian mengIslamkan Tanah Batak selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam.
Agama Islam yang masuk ke Mandailing dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol. Seperti juga di Jawa Timur dan Banten rakyat setempat yang tidak mau masuk Islam, menyingkir ke utara dan bahkan akibat agresi kaum Paderi dari Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri sampai Malaya. Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam keturunan marga Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang anak hasil incest (hubungan seksual dalam satu keluarga) dari keluarga Singamangaraja X.
Penyebaran Mazhab Hambali dimulai tahun 1804 dengan pemusnahan keluarga Kerajaan Pagarruyung di Suroaso, yang menolak aliran baru. Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1 Ramadhan 1231 H (tahun 1816 M), dengan penyerbuan terhadap benteng Muarasipongi yang dipertahankan oleh Marga Lubis. 5.000 orang dari pasukan berkuda ditambah 6.000 infanteri meluluhlantakkan benteng Muarasipongi, dan seluruh penduduknya dibantai tanpa menyisakan seorangpun. Kekejaman ini sengaja dilakukan dan disebarluaskan untuk menebarkan teror dan rasa takut agar memudahkan penaklukkan. Setelah itu, satu persatu wilayah Mandailing ditaklukkan oleh pasukan Paderi, yang dipimpin oleh Tuanku Rao dan Tuanku Lelo, yang adalah putra-putra Batak sendiri. Selain kedua nama ini, ada sejumlah orang Batak yang telah masuk Islam, ikut pasukan Paderi menyerang Tanak Batak, yaitu Tuanku Tambusai (Harahap), Tuanku Sorik Marapin (Nasution), Tuanku Mandailing (Lubis), Tuanku Asahan (Mansur Marpaung), Tuanku Kotapinang (Alamsyah Dasopang), Tuanku Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar), Tuanku Saman (Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger Siregar), Tuanku Junjungan (Tahir Daulay) dan Tuanku Marajo (Harahap).
3.      Agama Kristen
Ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Utara). Kawasan ini masih sangat tertutup seperti dikelilingi kabut misteri. Suku Batak Toba yang mendiaminya tetap asyik dengan kehidupan sosial yang dicengkeram agama suku, masih pele begu, peradaban yang cenderung primitif karena hidup dalam permusuhan, perbudakan, penculikan, perampokan, perjudian, dan kanibalisme. Maka istilah “Jangan coba-coba mendekati orang Batak” memaksa Burton dan Ward menarik langkah mereka mundur dari Tanah Batak saat berkunjung Juli 1824. Burton dan Ward adalah utusan Babtist Church of England, tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah Batak.
Secara umum Pekabaran Injil di dunia adalah mengkuti pembukaan segala benua melalui gerakan imperialisme dan kolonialisme. Maka, tak heran apabila mesionaris perintis di Tanah Batak tertahan di Sipirok dan Angkola yang sudah masuk dalam penaklukan Belanda, belum masuk ke Tanah Batak sebelum daerah itu betul-betul masuk dalam kekuasaan Belanda .
Setelah Burton-Ward dan Munson-Lyman, misionaris perintis lain yang menyusul adalah Gerrit van Asselt. Dia diutus Ds Wetteven dari kota Ermello, Belanda, tiba di Sumatra Mei 1856 dan berpos di Sipirok ,1857. Organisasi yang megirimkan Gerrit van Asselt sangat kecil, bahkan dalam buku Sejarah Gereja, karangan Dr.H .Berkog dan Dr. IH Enklar sama sekali tidak disebut-sebut. Ada yang mencatat Zending Ermello berada di bawah naungan Nederlandse Zendingsvereniging (NZV). Akan tetapi, karena NZV baru berdiri pada tahun 1856, besar kemungkinan Zending Ermello berada di bawah naungan Nederandse Zending-Genootschap (NZG) yang berdiri pada tahun 1797, sebuah organisasi Zending dari mana NZV berasal.
Koster dan van Dalen ditempatkan di Pargarutan. Van Dallen kemudian pindah ke Simapilapil. Dammerbooer jadi opzichter di sekolah Belanda sebelum ke Huta Rimbaru dan masuk ke Mission Java Komite. Gerrit van Asselt sendiri pada 31 Maret 1961 membaptis orang Batak Kristen pertama, Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon di Sipirok.
Semangat Pekabran Injil de Eropah tak lagi tergantung pada kerjasama suatu Gereja dengan pemerintahnya yang melakukan kolinialisasi ke berbagai benua. Di Jerman, di tepi sungai Zending. Rheinische Missionsgesellschaft (RM) yang berdiri pada tahun 1818 mengutus misionaris ke daratan luas dan suku-suku bangsa besar di Afrika dan Tiongkok, termasuk ke Indonesia yang berada di bawah penguasaan Belanda.
Pemindahan Zendeling dari Kalimantan ke Tanah Batak terkait dengan penugasan pimpinan RM, Inspektur Dr.Friedrich Fabri kepada misionaris yang tertahan di Batavia akibat Perang Banjar, pada tahun 1860. Ketika itu Febri berkunjung ke Amsterdam, Belanda. Dia sangat tertarik pada dokumen van der Took mengenai suku Batak Toba yang ditelitinya pada tahun 1849. Fabri mengutus Hoefen mengunjungi Tanah Batak, dan berdasarkan laporan Hoefen RM menugaskan dua misionaris, Klammer yang bertahan di Batavia dan Heine yang langsung didatangkan dari Barmen, ke Tanah Batak. Keduanya tiba di Sibolga 17 Agustus 1961 dan memilih Sipirok sebagai pos utama. Heine dan Klammer tinggal melapor ke residen Tapanuli di Sibolga karena Fabri sudah lebih dahulu meminta izin atas penugasan kedua misionaris itu ke pemerintahan Belanda.
Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1918) merupakan tokoh sentral Pekabaran Injil di Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai “Rasul Batak” yang menjadikan suku Batak Toba menjadi suku bangsa maju.
Dia menginjakkan kaki di Barus Juni 1862, ditempatkan oleh rekan-rekan pendahulunya di Parausorat Desember 1862, lalu menginjakkan kaki di Silindung November 1863. Pekerjaan di perbatasan, menurutnya tidak memadai karena dominan penduduknya sudah memeluk agama Islam. Tak ada cara lain kecuali memasuki Tanah Batak, Silindung adalah pilihan utama karena jumlah penduduknya sangat besar, meskipun ditentang pemerintah Hindia Belanda, harus ditempuh melalui medan yang berat yaitu hutan belantara yang penuh marabahaya, serta kemungkinan ditolak bahkan bisa terbunuh.
Dr.H.Berkof dan Dr.IH Enklaar dalam sejarah Gereja mencatat, ”sungguhpun mula-mula pekerjaannya (pekerjaan Nommensen) amat susah dan ia sering ditimpa sengsara dan bahaya, tetapi ia bernubuat: Aku melihat seluruh daerah ini ditaburi dengan gedung-gedung gereja dan sekolah! Sekarang ramalan itu sudah di genapi, karena oleh strategi Zending yang cakap, pimpinan yang kuat, pekerja yang banyak dan latihan pengantar-pengantar jemaat dan guru sekolah dengan secukupnya dari permulaan, maka lama kelamaan Gereja Kristus di Tanah Batak meluas sampai menjadi Gereja muda paling besar di dunia.”:
Ditandai dengan didirikannya Universitas Nommensen (1954) dengan kira-kira 3.000 mahasiswa pada tahun 1971,dan suatu tata gereja baru (1962) yang dengannya dihapuskan sinode distrik. HKBP juga mengembangkan usaha pendidikan dan penginjilan dikalangan orang-orang Jawa di Sumatera Timur, orang-orang Sakai di Riau, dan di Malaysia. Pada permulaan tahun 1960-an HKBP hampir mempunyai 900.000 anggota di sumatera dan banyak jemaat di pulau lainnya dan di Singapura.
Dalam perkembangannya HKBP beberapa kali mengalami peristiwa “ditinggalkan jemaat”, di mulai tahun 1927 dengan berdirinya Mission Batak, disusul Huria Christen Batak (HCB), Punguan Kristen Batak (PKB), dan Huria Kristen Indonesia (HKI). Pada tahun 1964 sejumlah anggota keluar dan menamakan diri Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Atas kemelut HKBP yang terjadi pada tahun 1990-an sejumlah anggota juga banyak yang pindah ke Gereja lain. Menurut Almanak HKBP tahun 2007 HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di Indonesia bahkan di Singapura dan Amerika Serikat. Dengan jumlah lebih dari 5 juta jemaat HKBP di catat sebagai lembaga keagamaan dengan jumlah angota terbesar ketiga setelah Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah.



E.     Falsafah dan sistem kemasyarakatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak
1.      Dalihan Na Tolu (Toba)
a.       Somba Marhula-hula
b.      Manat Mardongan Tubu
c.       Elek Marboru
2.      Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola)
a.       Hormat Marmora
b.      Manat Markahanggi
c.       Elek Maranak Boru
3.      Tolu Sahundulan (Simalungun)
a.       Martondong Ningon Hormat, Sombah
b.      Marsanina Ningon Pakkei, Manat
c.       Marsanina Ningon Pakkei, Manat
d.      Marboru Ningon Elek, Pakkei
4.      Rakut Sitelu (Karo)
a.       Nembah Man Kalimbubu
b.      Mehamat Man Sembuyak
c.       Nami-nami Man Anak Beru
5.      Daliken Sitelu (Pakpak)
a.       Sembah Merkula-kula
b.      Manat Merdengan Tubuh
c.       Elek Marberru





F.     Foto-Foto Waktu melakukan Riset
Foto bersama di depan rumah adat suku batak
Alat musik tradisional suku batak
Tempat tidur para raja
Penjelasan dari narasumber

Buku kalender suku batak
Alat-alat mistik suku batak
Senjata suku batak
Foto bersama narasumber



BAB III
                                                   PENUTUP              

KESIMPULAN

Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyyarakat terdiri atas beberapa suku, seperti melayu, nias, batak toba, batak karo, simalungun, tapanuli tengah, tapanuli selatan (meliputi sipirok, angkola, padang, bolah, dan mandailing). Serta penduduk pendatang seperti minang, jawa, dan aceh yang bawa budaya serta adat istiadatnya sendiri.
Semua etnis memiliki budaya masing-masing, mulai dari agama, adat istiadat, upacara adat dari daerah, jenis makanan, dan pakaian adat juga memilki suatu khas atau ciri dari setiap daerah. Keragaman budaya tersebut sangat mendukung untuk digunakan sebagai pusat pariwisata maupun cagar budaya di Sumatra Utara.















DAFTAR PUSTAKA


4.      Narasumber : Bapak Sholihin, Tour Guide Taman Mini Indonesia Indah anjungan Sumatera Utara.




















 PUSTAKA


4.      Narasumber : Bapak Sholihin, Tour Guide Taman Mini Indonesia Indah anjungan Sumatera Utara.